NIM : 01113043
Prodi : Akuntansi
SEJARAH DIBALIK KEINDAHAN WISATA ALAM HUTAN KERA NEPA..
Daerah Madura - Sebuah hutan
kecil di Kabupaten Sampang – Madura menyimpan kekayaan satwa kera yang
populasinya mencapai ribuan ekor. Hutan kecil yang dihuni ribuan kera ini
terdapat di desa Bateoh Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang.
Para pengunjung atau wisatawan
biasanya akan melemparkan kacang yang mereka bawa sebagai makanan bagi para
kera tersebut. Meski hewan ini masih tergolong kera liar, mereka sangat jarang
menyerang pengunjung. Apalagi jika wisatawan rajin melemparkan kacang pada
mereka.
Jika didatangi untuk diburu ratusan kera itu
menghilang, tetapi jika didatangi sebagai sahabat kera-kera itu seperti hewan
piaraan yang sudah lama berteman. Lebih dari itu, jika dikasih makanan khasnya,
jagung tua mentah, maka kera-kera itu menjadi ramah, bersuka cita mengajak
bercanda.
Kera – kera penghuni hutan yang
hanya memiliki luas tidak lebih dari 15 hektar ini, terlihat saat pagi dan sore
hari. Mereka biasanya tidak asal keluar atau tidak gampang terlihat.
Jika tidak ingin pulang dengan
hanya melihat rimbunan pepohonan, alangkah baiknya jika para wisatawan mengajak
juru kunci hutan ini, yakni Abdul Aziz Jaying. Sang juru kunci akan turun
langsung/ dengan panggilan khusus agar kera datang.
Abdul Aziz Jaying juga menjelaskan,
tanpa panggilan khusus tersebut biasanya para kera ini enggan untuk keluar
menemui pengunjung. Menurutnya, sejak jaman dulu memang begitulah para nenek
moyangnya memanggil kera-kera di Hutan Nepah.
Dari babat tanah Madura, Abdul
Aziz Jaying menceritakan bahwa awalnya Hutan Nepah ini merupakan sebuah
kerajaan kecil yang didirikan seorang raja bernama Raden Segoro, cucu Raja
Giling Wesi dari Jawa.
Di tengah keberhasilan Raden
Segoro memimpin kerajaan nepah tersebut, seorang patih yang di percayainya membangkang
terhadap Raden Segoro, sehingga sang patih dikutuk menjadi seekor kera bersama
beberapa pengikut lainnya yang juga membangkang. Karena itulah Hutan Nepah ini
juga disebut hutan kerajaan kera.
Keberadaan ribuan kera di Hutan
Nepah ini tidak hanya diketahui masyarakat sekitar. Namun juga warga dari luar
Kabupaten Sampang maupun dari luar Madura yang sengaja datang berkunjung ke
kawasan hutan ini terutama saat liburan.
Lokasi ini memang cocok untuk
menjadi wana wisata atau wisata hutan baik untuk keluarga maupun siswa sekolah,
agar mengetahui langsung kekayaan hayati negeri ini. Apalagi lokasi hutan kera
Nepah ini tepat berada di pinggir pantai Nepah yang juga bisa menjadi tempat
rekreasi.
Kera Nepa ini terbagi dalam dua
kelompok yang hidup di wilayah utara dan selatan. Kedua wilayah itu hanya
dibatasi kayu dan jalan yang tidak terlalu lebar. Namun demikian antara dua
kelompok itu tidak pernah memasuki wilayah kelompok lain.
“Mereka itu tidak mau mengganggu
kelompok lain, kalau sudah jalan mendekati kawasan kelompok kera lainnya, maka
mereka segera menjauhi dan tidak perlu diperintah pergi, kecuali kalau sakit
atau minta bantuan,” kata Raina penduduk sekitar desa.
Hutan Nepa memiliki luas sekitar
10 ribu meter persegi. Kawasan hutan yang masih ditumbuhi pohon-pohon lebat ini
dikelilingi sungai air tawar yang bermuara ke laut. Di sepanjang sungai
ditumbuhi mangrove yang masih asri dan indah dan pengunjung dapat berkeliling
menikmati keasrian hutan dengan menggunakan perahu milik penduduk.
Objek wisata Hutan Kera Nepa terletak
di Desa Nepa pesisir utara pulau madura dan berjarak ± 50 km dari pusat Kota
Sampang. Hutan wisata ini memiliki keunikan yang khas, selain keranya,
pemandangan alamnya yang masih perawan dan segar.
Perpaduan sungai air tawar yang
berdampingan dengan laut sungguh sebuah panorama yang sangat eksotik. Letak
hutan Kera Nepa memang agak terpencil dan agak sedikit sulit untuk dilalui,
tapi semua letih akan terbayar dengan berbagai keunikan dan pengalaman menarik
yang bisa dinikmati di setiap sudut hutan.
Tempat ini hampir mirip dengan
Wisata Hutan Monyet Sangeh di Bali, hanya saja Hutan Kera Nepa dekat dengan
laut. Banyak keindahan yang bisa dinikmati selain, hutannya, keranya juga
lautnya dengan mangrovenya yang masih dibiarkan liar.
Pengunjung di wisata hutan Nepa
ini, tidak seramai obyek wisata di Jawa misalnya. Hal ini karena promosi yang
kurang, selain sarana dan prasarana seperti jalan dan transportasi umum yang
masih sulit mengantarkan pengunjung sampai ke hutan.
Namun demikian, obyek wisata
ini kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah, sehingga terlihat apa
adanya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar